Beranda Nasional PENURUNAN MOTIVASI SISWA

PENURUNAN MOTIVASI SISWA

87
0

Nama :M arik Saputra , Jurusan :manajemen pendidikan Islam

Tulisan itu menyoroti penyebab bobroknya pendidikan yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang salah satunya menghapus ujian nasional dan menghapus “sekolah favorit” yang diganti sistem zonasi sekolah

Dalam tulisan itu disebutkan jika dihapuskannya ujian nasional sekolah favorit, tidak ada tinggal kelas bagi siswa, dan kebijakan zonasi menyebabkan semangat belajar siswa menurun karena terkesan menyepelekan proses pembelajaran.

Situasi ini bisa dilihat karena bagi siswa yang termotivasi Menggunakan narasi penghapusan ujian nasional dan penghapusan sekolah favorit sebagai penyebab motivasi belajar siswa menurun, ini sama dengan narasi motivasi belajar siswa akan meningkat jika kebijakan ujian nasional sebagai penentu kelulusan untuk masuk ke sekolah favorit tetap dilaksanakanTulisan ini akan mengulas beberapa aspek ujian nasional dan mitos sekolah favorit, yang ternyata memiliki problematika jika diterapkan secara generalis sebagai kebijakan pendidikan nasional secara menyeluruh.

Jika kita melihat ke belakang bagaimana proses ujian akhir/ kelulusan sekolah memiliki banyak versi, mulai dari materi apa saja yang diujikan, bentuk soal, siapa penyelenggaranya, hingga sebagai syarat penentuan bagi kelulusan siswa. Perubahan nama pada ujian juga bermacam-macam, seperti Ujian Akhir Nasional, Ujian Nasional Berstandar Komputer, dan yang terbaru pada 2021 berganti menjadi Asesmen Nasional yang berbasis komputer.

Perubahan tersebut memperlihatkan banyaknya kebijakan yang silih berganti, yang menunjukkan belum mapannya rancangan kebijakan pendidikan terutama pada proses dan tujuan dari asesmen. Dengan demikian, terkesan sebagai agenda politis dengan ganti pemimpin ganti kurikulum.

Motivasi belajar siswa tidak bisa disederhanakan hanya dengan pendisiplinan berdasar ketentuan lulus/tidak lulus banyak yang menyoroti kebijakan ujian nasional ini karena pada akhirnya siswa yang menjadi korban. Beberapa poin yang menjadi keberatan dilaksanakannya ujian nasional misalnya, terlalu menyimplifikasi alat ukur kelulusan siswa yang hanya ditentukan oleh opsi tipe soal pilihan ganda (multiple choice). Dampaknya, pelaksanaan ujian selama 3-4 hari menjadi penentu keberhasilan dibandingkan proses belajar selama bertahun-tahun di sekolah yang tidak dimaknai sebagai aspek keberhasilan siswa.

Ini tentu menjadi dampak yang serius bagi kesehatan mental siswa karena terkena stereotyping jika sekolahnya kurang favorit. Adapun bagi siswa tidak lulus, akan dicap sebagai siswa yang gagal hanya karena tidak lulus ujian nasional.

Ini tentu menjadi dampak yang serius bagi kesehatan mental siswa karena terkena stereotyping jika sekolahnya kurang favorit. Adapun bagi siswa tidak lulus, akan dicap sebagai siswa yang gagal hanya karena tidak lulus ujian nasional.